Tuberkulosis (TBC
atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
memberantasnya. Organ paru-paru paling sering terinfeksi oleh TBC dibandingkan
bagian tubuh lain. Penyakit
TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau
kaya) dan dimana saja.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita terbesar di dunia.
Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu
mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini dan mendapatkan informasi
lengkap tentang penyakit TBC.
Penyebab Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui percikan
dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli mengatakan bahwa air
ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat
makan/minum yang mengandung kuman TBC. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering terhirup dan terkumpul
di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah) dan dapat menyebar melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh, seperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni
bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya
melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC
ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada
sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel
bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam
paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan
positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah
dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain
memburuknya kondisi sosial ekonomi, termasuk gizi masyarakat, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang
tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping
itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan
faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala
umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran
secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit
untuk menegakkan diagnosa secara klinik. Dari masuknya kuman sampai timbulnya
gejala penyakit dapat berbulan-bulan sampai tahunan.
Gejala sistemik/umum
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak, dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala,
TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.
Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil
uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan - 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan
BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Penegakan Diagnosis Penyakit TBC
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit
TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
- Wawancara/anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
- Pemeriksaan fisik.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
- Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
- Rontgen dada (thorax photo).
- Uji tuberkulin (Mantoux)
Pengobatan Penyakit TBC
Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas
apabila penderita mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara
teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, serta mengkonsumsi
makanan yang bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Karena bakteri TBC dapat hidup berbulan-bulan
walaupun sudah terkena antibiotika (bakteri TBC memiliki daya tahan yang kuat),
sehingga pengobatan TBC memerlukan waktu antara 6 sampai 9 bulan. Walaupun
gejala penyakit TBC sudah hilang, pengobatan tetap harus dilakukan sampai
tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya masih berada dalam keadaan aktif dan siap
membentuk resistensi terhadap obat. Kombinasi beberapa obat TBC diperlukan
karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase
pertumbuhan yang cepat. Resistensi
bakteri TBC terhadap antibiotika akan menyebabkan pengobatan makin sulit dan
mahal.
Pencegahan Penyakit TBC
·
Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita
tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC. Dengan pola hidup sehat
maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk memberikan perlindungan,
sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan timbul gejala. Pola
hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat dan
olahraga yang cukup, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita,
rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll.
·
Hindari terkena percikan batuk dari penderita
TBC. Dimulai dari diri kita sendiri untuk membiasakan tidak
meludah disembarang tempat. Usahakan meludah di tempat yang terkena sinar
matahari atau di tempat sampah. Ketika ingin batuk atau bersin sebaiknya anda
menutup mulut dan hidung dengan tissue sekali pakai untuk menjaga terjadinya
penularan penyakit.
- Lakukan imunisasi BCG terhadap bayi baru lahir hingga 2 bulan untuk mencegah penyakit TBC. Imunisasi ini tidak berarti 100% tidak akan terkena TBC karena efektifitasnya berkisar 20%, namun apabila terkena TBC akan menurunkan risiko agar tidak menjadi parah.
Beberapa Pertanyaan Seputar TBC
Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC?
Belum tentu, karena batuk berdarah dapat
disebabkan oleh berbagai macam sebab, bisa karena penyakit paru-paru lainnya,
karena adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang tertelan dan
pada saat batuk keluar dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga
menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga mengeluarkan darah. Juga, tidak
selalu bahwa orang batuk-batuk lama pasti TBC, harus dipastikan dengan
pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen.
Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC?
Kena udara pagi tidak terlalu bermasalah dalam
hal penularan TBC, sedangkan merokok dapat menurunkan daya tahan dari
paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC.
Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?
Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetik,
karena penyakit TBC bukanlah penyakit turunan. Hanya karena penularannya adalah
melalui percikan dahak yang mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat
dengan penderita TBC dapat tertular.
Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali?
Dapat, karena setelah sembuh dari penyakit TBC
tidak ada kekebalan seumur hidup jadi dapat tertular lagi.
Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC?
Flek kecil di paru-paru balita pada umumnya
memang disebabkan oleh TBC. Oleh karena itu perlu diteliti apakah ada
gejala-gejala klinis penyakit TBC atau tidak. Bila tidak ada berarti pernah
tertular penyakit TBC tapi karena daya tahan tubuhnya tinggi sehingga tidak
bergejala. Atau saat ini anak tersebut sudah sembuh dari penyakit TBC dan hanya
meninggalkan bekasnya saja di paru-paru.
Mungkinkan terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih?
Kemungkinan kita tertular akan tetap ada, karena
kita hidup tidak hanya di lingkungan sekitar rumah kita saja, bisa saja suatu
saat kita berada di sekolah, bioskop, kantor, bus yang belum tentu terbebas
dari kuman TBC. Hidup di lingkungan yang bersih memang akan memperkecil risiko
terjangkit TBC.
Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC?
Biasanya keadaan gizi penderita TBC kurang baik,
sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bagi janin dalam kandungan.
Ibu hamil tetap harus diberikan terapi dengan obat TBC dengan dosis efektif
terendah. Obat TBC yang diminum oleh ibu dapat melewati plasenta dan masuk ke
janin dan berdasarkan beberapa kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek
yang terlampau berbahaya, akan tetapi pemantauan ketat pada perkembangan janin
harus tetap dilakukan. Setelah bayi dilahirkan dapat dipisahkan terlebih dahulu
dari ibu selama TBC masih aktif.
Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit TBC?
Bawa
pasien ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara teratur, awasi minum obat
secara ketat dan beri makanan bergizi. Sirkulasi udara dan sinar matahari di
rumah harus baik. Hindarkan kontak dengan percikan batuk penderita, jangan
menggunakan alat-alat makan/minum/mandi bersamaan. Jemur tempat tidur
penderita TBC, karena kuman TBC dapat mati apabila terkena dengan sinar
matahari. Perhatikan anak-anak dan manula yang tinggal serumah atau sering
kontak karena biasanya penyakit TBC dapat menjadi parah bila terkena anak-anak
dan manula. Apabila anak-anak cenderung kurus, tidak nafsu makan, dan sering
sakit sebaiknya dibawa ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut karena pada
anak-anak gejala batuk tidak umum terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar